Filem yang diterbitkan
sekitar 2015 ini merupakan adaptasi daripada novel karya Dewi Lestari dengan
judulnya yang sama dan disutradarakan oleh Angga Dwimas Sasongko.
Penulis ini ingin para
pembaca dan juga penonton filem ini melihat bagaimana perjuangan seorang barista (pembancuh kopi) yang memiliki
keghairahan mendalam terhadap kopi dan melihat kaitan kopi dari sisi kehidupan.
Sumber: http://www.imdb.com/title/tt4643400/
Ben (Chico Jericho) dan
Jody (Rio Dewanto). Seorang barista
dan yang seorang pemilik Filosofi Kopi, kedai kopi yang mempunyai tagline
tersendiri, “Filosofi Kopi, Temukan Diri
Anda Di sini”. Mereka bersahabat baik sejak kecil dan tinggal di rumah yang
sama.
Ben amat meminati kopi dan
kegemarannya memberikan penerangan ringkas tentang jenis kopi yang dipesan
pelanggan dengan menggunakan kata-kata yang menarik. Impiannya yang tersendiri
ialah bagaimana melahirkan satu ramuan kopi yang amat enak, istimewa dan hanya
boleh diertikan dengan kata-kata “Hidup
ini sempurna”.
Jody pula pemilik kedai
kopi yang punya tanggungan hutang yang banyak. Hutang warisan bapanya.
Terhimpit antara sayangkan kedai kopi tersebut dan keputusan untuk
menjualkannya bagi melunaskan hutang-hutang bapanya.
Impian Ben berjaya. Ramuan
kopi Ben’s Perfecto berjaya. Dikagumi ramai sehinggalah seorang penulis buku
yang juga peminat tegar kopi, El (Julia Estelle) memberitahunya bahawa terdapat
kopi yang lebih enak di luar sana iaitu di Jawa Tengah.
Kopi yang dimaksudkan ialah
Kopi Tiwus dengan taglinenya, “Kopi yang
anda minum hari ini adalah “Kopi Tiwus”. Walau tak ada yang sempurna, hidup ini
indah begini adanya”. Rahsianya, kopi ini dihasilkan daripada biji kopi
yang tumbuh dari pohon kopi yang ditanam dengan penuh kasih sayang dan begitu
juga dengan cara pembuatannya.
Mutiara Kata
“Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan.”
“Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan.”
"Dan kamu tahu apa kehebatan kopi tiwus itu?" katanya dengan tatapan kosong, "Pak Seno bilang, kopi itu mampu menghasilkan reaksi macam-macam. Dan dia benar. Kopi tiwus telah membuatku sadar, bahwa aku ini barista terburuk. Bukan cuma sok tahu, mencoba membuat filosofi dari kopi lalu memperdagangkannya, tapi yang paling parah, aku sudah merasa membuat kopi paling sempurna di dunia. Bodoh! Bodoooh!"
“Akan tetapi, yang benar-benar membuat tempat ini istimewa adalah pengalaman ngopi-ngopi yang diciptakan Ben. Dia tidak sekadar meramu, mengecap rasa, tapi juga merenungkan kopi yang dia buat. Ben menarik arti, membuat analogi, hingga terciptalah satu filosofi untuk setiap jenis ramuan kopi."
Sumber:
http://annida-online.com/2015-mari-temukan-diri-sendiri-dan-temanteman-terbaik.html
“Banyak sekali orang yang doyan kopi tiwus ini. Bapak sendiri ndak
ngerti kenapa. Ada yang bilang bikin seger, bikin tentrem, bikin sabar, bikin tenang,
bikin kangen... hahaha! Macem-macem! Padahal kata Bapak sih biasa-biasa saja
rasanya, Mas. Barangkali, memang kopinya yang ajaib. Bapak ndak pernah
ngutak-ngutik, tapi berbuah terus. Dari kali pertama tinggal di sini, kopi itu
sudah ada. Kalau 'tiwus' itu asalnya dari almarhumah anak gadis Bapak. waktu
kecil dulu, tiap dia lihat bunga kopi di sini, dia suka ngomong 'tiwus-tiwus'
gitu," dengan asyik Pak Seno mendongeng.”
"Seorang penikmat Cappucino sejati pasti akan memandangi penampilan yang terlihat di cangkirnya sebelum mencicip.”
Sumber: https://gembolransel.com/2015/05/25/mengecap-secangkir-fiksi-di-kedai-filosofi-kopi/
"Sukses adalah wujud
kesempurnaan hidup”
No comments:
Post a Comment